Selasa, 23 April 2013

PERHITUNGAN GEOMETRI JALAN RAYA



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1.            Analisa Data
4.1.1    Analisa Data Tanah
Data tanah yang dipakai dalam perencanaan tebal perkerasan jalan yang akan direncanakan berdasarkan nilai CBR pada setiap ruas jalan pada tabel 3.1.
Tabel  4.2.  Data Lalu Lintas Dalam Satuan Mobil Penumpang

No
Jenis Kendaraan
Jumlah
Kendaraan
Koefisien
LHR
( smp)
1
Mobil penumpang ( 1+1 )
1800
1
1800
2
Bus 8 ton (2 + 6 )
400
3
1200
3
Truck 2 as ( 4 + 6 )
250
2.5
625
4
Truck 3 as ( 6 + 7.7 )
150
3
450
Jumlah Kendaraan / hari /2jalur
2600

4075

4.1.1.      Menentukan Klasifikasi Jalan
4.1.1.1 Perhitungan Kemiringan
Jika titik pada potongan yang ditinjau berada diantara kontur yang elevasinya sama maka tidak diperlukan perhitungan lagi dan lokasi tersebut dianggap datar. Jika masing-masing ujung titik potongan berada pada elevasi yang berbeda, maka perlu dilakukan perhitungan dengan cara selisih ketinggiannya di bagi dengan jarak kedua titik tersebut kemudian di kalikan 100%.


 











Perhitungan kemiringan dengan cara yang sama dengan perhitungan diatas dilanjutkan seperti yang tertera pada tabel 4.1


Tabel 4.11 Elevasi Titik Rencana Alternatif
POTONGAN
ELEVASI
JARAK MELINTANG
BEDA TINGGI
KEMIRINGAN
Kiri      ( m )
Tengah   ( m )
Kanan  ( m )
a
B
C
d
│e│  =│( a - c )│
f = e/d x 100%
1-1'
120
80
30
150
90
60%
2-2'
120
62.5
30
150
90
60%
3-3'
120
55.7
30
150
90
60%
4-4'
120
51.9
30
150
90
60%
5-5'
120
49.8
30
150
90
60%
6-6'
100
49.9
30
150
70
46.66%
7-7'
100
51.8
30
150
70
46.66%
8-8'
100
53.5
30
150
70
46.66%
9-9'
100
67.7
30
150
70
46.66%
10-10'
100
69.6
30
150
70
46.66%
11-11'
100
74.4
30
150
70
46.66%
12-12'
100
73.6
30
150
70
46.66%
13-13'
100
74.3
30
150
70
46.66%
14-14'
100
75.9
30
150
70
46.66%
15-15'
100
76.6
30
150
70
46.66%
16-16'
100
77.4
30
150
70
46.66%
17-17'
100
78,6
30
150
70
46.66%
18-18'
100
78,7
30
150
70
46.66%
19-19'
100
78,1
30
150
70
46.66%
20-20'
100
78,1
30
150
70
46.66%
21-21'
100
77.9
30
150
70
46.66%
22-22'
100
76.3
30
150
70
46.66%
23-23'
100
76,9
40
150
60
40%








POTONGAN
ELEVASI
JARAK MELINTANG
BEDA TINGGI
KEMIRINGAN
Kiri      ( m )
Tengah   ( m )
Kanan  ( m )
a
B
C
d
│e│  =│( a - c )│
f = e/d x 100%
24-24'
100
75.1
40
150
60
40%
25-25'
80
75.5
40
150
40
26.66%
26-26'
80
71.8
60
150
20
13.33%
27-27'
80
73.4
60
150
20
13.33%
28-28'
80
80.5
60
150
40
13.33%
29-29'
70
91.7
40
150
30
20%
30-30'
80
60.9
80
150
0
0,00%
31-31'
70
78.9
70
150
0
0,00%
32-32'
80
82.8
80
150
0
0,00%
33-33'
80
85.1
80
150
0
0,00%
34-34'
80
88.1
80
150
0
0,00%
35-35'
80
100
80
150
0
0,00%
36-36'
80
132
80
150
0
0,00%
37-37'
80
134
90
150
10
6.66%
38-38'
100
136
90
150
10
13.33%
39-39'
100
137
90
150
10
13.33%
40-40'
100
141.5
90
150
10
13.33%
41-41'
140
147.5
90
150
10
33.33%
42-42'
140
157,5
90
150
10
33.33%
43-43'
140
157.5
90
150
10
33.330%
44-44'
140
157.5
90
150
10
33.33%
45-45'
140
157.5
140
150
0
0.00%
46-46'
160
157.5
140
150
20
13.33%
47-47'
170
157.5
140
150
30
20%
48-48'
170
157.5
140
150
30
20%
49-49'
170
157.5
140
150
30
20%
50-50'
170
157.5
140
150
30
20%
51-51'
170
157.5
140
150
30
20%
52-52'
170
157.9
140
150
30
20%
53-53'
170
157.5
130
150
40
26,66%
54-54'
170
149.9
130
150
40
26,66%
55-55'
170
147.6
130
150
40
26,66%
56-56'
160
144.4
130
150
30
20%
57-57'
160
140.8
130
150
30
20%
58-58'
160
138.5
130
150
30
20%
59-59'
160
138.5
130
150
30
20%
60-60'
160
138.5
130
150
30
20%
61-61'
160
138.5
130
150
30
20%
62-62'
160
138.5
130
150
30
20%
63-63'
160
138.5
130
150
30
20%
64-64'
150
138.5
130
150
20
13.33%
65-65'
150
138.5
130
150
20
13.33%
66-66'
150
138.5
130
150
20
13.33%
67-67'
150
138.5
130
150
20
13.33%

POTONGAN
ELEVASI
JARAK MELINTANG
BEDA TINGGI
KEMIRINGAN
Kiri      ( m )
Tengah   ( m )
Kanan  ( m )
a
B
C
d
│e│  =│( a - c )│
f = e/d x 100%
68-68'
130
138.5
130
150
0
13.33%
69-69'
140
138.5
130
150
10
6.66%
70-70'
140
138.5
130
150
10
6.66%
71-71'
140
138.5
130
150
10
6.66%
72-72'
130
138.5
130
150
10
0,00%
73-73'
140
138.7
130
150
10
6.66%
74-74'
140
138.9
130
150
10
6.66%
75-75'
140
138.9
130
150
10
6.66%
76-76'
130
138.9
130
150
0
0,00%
77-77'
130
138.9
130
150
0
0,00%
78-78'
130
138.9
120
150
10
6.66%
79-79'
110
115.5
110
150
0
0,00%
80-80'
60
115.6
110
150
50
40%
81-81'
120
115.8
110
150
10
6.66%
82-82'
120
91.2
60
150
60
40%
83-83'
130
120
60
150
30
46.66%
84-84'
140
130
60
150
80
53.33%
85-85'
140
134.6
60
150
80
53.33%
86-86'
140
134.6
60
150
80
53.33%
87-87'
140
134.6
90
150
50
33.33%
88-88'
140
134.6
90
150
50
33.33%
89-89'
140
134.6
100
150
40
26.66%
90-90'
140
134.6
100
150
40
26.66%
91-91'
150
134.6
100
150
50
33.33%
93-93'
150
134.6
100
150
50
33.33%
93-93'
150
134.6
100
150
50
33.33%
94-94'
150
134.6
100
150
50
33.33%
95-95'
150
134.6
100
150
50
33.33%
96-96'
150
134.6
80
150
70
46.66%

Tabel  4.12 Kalisifikasi Jalan Sesuai dengan Kemiringan
POTONGAN
JALAN
KEMIRINGAN
KLASIFIKASI MEDAN
1 s/d 23
Jalan Lurus
49.27 %
Pegunungan
23 s/d 26
Tikungan PI
29.99 %
Pegunungan
26 s/d 51
Jalan Lurus
10.51 %
Perbukitan
51 s/d 54
Tikungan P2
23.33 %
Perbukitan
54 s/d 71
Jalan Lurus
16.66 %
Perbukitan
71 s/d 74
Tikungan P3
4.99 %
Perbukitan
74 s/d 96
Jalan Lurus
28.14%
Pegunungan

Dari 96 titik didominasi oleh medan bukit, maka menurut tabel II.6 TPGJAK, Hal
11 dipilih klasifikasi fungsi jalan Kolektor dengan kecepatan antara 40 – 70
km/jam. Diambil kecepatan 70 km /jam.
Menghitung jarak
Diketahui masing-masing Koordinat :
A         : ( +0.00 ; +0.00 )
P. I       : ( -520; -440,55 )
P.2       : ( -520.45; +200,48 )
P.3       : ( -260,50 ; +700,37 )
B          : ( +250; +1000 )


Perhitungan Jarak
Dari koordinat yang diketahui maka dapat dicari masing – masing jaraknya yaitu :
                                                                                                                
Perhitungan Sudut
1.      Perhitungan Sudut Tangen Pada Tikungan B ( P I1 ),
Sudut ( Δ1)
Jadi sudut (Δ3)

2.      Perhitungan Sudut Tangen Pada Tikungan D ( P I2 ),
Sudut ( Δ2)


Jadi sudut (Δ2)

3.      Perhitungan Sudut Tangen Pada Tikungan E ( P I3 ),
Sudut ( Δ3)
Jadi sudut (Δ3)

Berdasarkan perhitungan pada peta kontur yang di dapat pada peta di dapat jarak dan sudut sebagai berikut :
d1 =  m                                                       Δ1 =
d2 = 240 m                                                       Δ2 =
d3 = 564 m                                                       Δ3 =
d4 = 270 m














4.2.            Perhitungan Alinemen Horizontal
4.2.1        Perhitungan Tikungan P(1)

1.      Klasifikasi Medan                                : Pegunungan
2.      Type Jalan                                           : Kelas III A
3.      Lalu Lintas Harian Rata - rata ( LHR ) : > 3000
4.      Kecepatan Rencana                             : 70 km/jam
5.      Lebar daerah penguasaan Minimum    :30 m
6.      Lebar Perkerasan                                 : 2x3.50 m
7.      Lebar Bahu Jalan                                 : 2,50m
8.      Lereng Melintang Perkerasan               : 2 %
9.      Lereng Melintang bahu                                    : 6 %
10.  Jenis Lapisan permukaan Jalan                        : Penetrasi Berganda
11.  Miring Tikungan Maksimum (e)                      : 10 %
12.  Jari - jari Lengkung Minimum              : 50 m
13.  Landai maksimum                               : 8 %











Tabel 4.13.a Standard Perencanaan Geometrik  Jalan Kelas I

Tabel 4.14.a Koefisien gesekan melintang pada tikungan
V( km/jam )
40
50
60
70
80
90
100
110
120
Fmaks
0,166
0,160
0,153
0,147
0,140
0,128
0,115
0,103
0,090
Sumber : Buku Konstruksi jalan Raya ( Ir.Hamirhan Saodang MSCE.)

Rumus :

Direncanakan  geometric untuk Daerah Pegunungan Rc = 300m > Rmin = 157 m. Dengan Vr = 70 km/jam berdasarkan
(TPGJAK 1997, Tabel II.18), Rmin untuk FC = 1100 m > Rc, sehingga tikungan
jenis Full Circle tidak dapat digunakan.
Sesuai dengan syarat 40 < Δ < 900, maka untuk tikungan I (11°29’25”) direncanakan S-C-S.
1.   Perhitungan panjang lengkung spiral (Ls)
Dalam perhitungan tikungan ini dicoba dengan menggunakan jari-jari lingkaran dengan ukuran 300 m
a.    Berdasarkan waktu tempuh maksimum (3 detik), untuk melintasi lengkung peralihan, maka panjang lengkung :
b.   Berdasarkan perubahan gaya sentrifugal dan pengaruh kemiringan :
Nilai e pada perhitungan diatas digunakan nilai superelevasi maksimum(emaks)
untuk V-90 km/jam maka, C = 0,7

c.    Berdasarkan kelandaian relative maksimum

            Dimana re = Tingkat pencapaian perubahan kelandaian melintang
            jalan,
   untuk Vr ≤ 70 km/jam, re max = 0,035 m/m/det.


2.   Perhitungan bagian spiral


3.   Perhitungan lengkung circle ( Lc )
Syarat untuk lengkung S-C-S LC > 20 m
LC = 37,94 > 20 m .................... OK!!!
maka Tikungan S-C-S dapat di pake





4.   Perhitungan panjang tikungan total
L tot = LC + 2. Ls                                               <  2 Ts
L tot = 37,94+2 x 11,11 m                                  < 2 x 70,31  m
L tot = 60,16 m                                                   < 140,62 m
( memenuhi syarat )

1.   Perhitungan pelebaran perkerasan pada tikungan
a)      Untuk Perencanaan jalan kelas IIIa, digunakan kendaraan rencana adalah kendaraan besar dengan ketentuan sebagai berikut :
·         Lebar kendaraan rencana (b)     : 2,6 m
·         Jarak antar gandar (P)                : 3,5 m
·         Tonjolan depan kendaraan (A) : 1,2 m
b)      Jumlah Lajur (n)                           : 2

c)      Lebar Perkerasan pada bagian lurus (Bn)       : 2 × 3,50
d)      jari-jari pada tengh lintasan (R)                      : 300 m
e)      Kecepatan Rencana                                        : 70 Km/jam





Ø       B adalah lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di tikungan pada lajur sebelah dalam
 
 

Ø       Tambahan lebar akibat kesukaran mengemudi di tikungan (Z)

Ø       Tambahan lebar perkerasan di tikungan I (Δb)
Dimana Bn adalah lebar perkerasan = 2 × 3,50 = 7,00 m
Untuk Bn = 7,00 à C = 0,78 m
Bt > Bn jadi perlu diadakan pelebaran perkerasan

5.   Perhitungan kebebasan samping pada tikungan I
           Perhitungan jarak pandang henti
 Dimana :
VR   = kecepatan rencana (km/jam)
T     = waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik
g      = percepatan gravitasi, ditetapkan 9,8 m/det2

f      = koefisien gesek memanjang perkerasan jalan aspal, ditetapkan 0,35-
            0,55.
Jh    = Jarak Pandang Henti (m)




Jadi :
Jh yang digunakan adalah Jh min yaitu 87,19 m

Perhitungan Jarak Pandang Menyiap

Dimana :
t1     = waktu reaksi yang besarnya tergantung pada kecepatan
   yang sesuai dengan persamaan t1 = 2.12+0.026V.
t2     = waktu dimana kendaraan yanng menyiap berada pada lajur
   kanan yang dapat ditentukan dengan mempergunakankorelasi
   t2 = 6.56+0.048V.
m     = perbedaan kecepatan antara kendaraan yang menyiap dan
   yang disiap = 15km/jam.
a      = percepatan rata-rata yang besarnya tergantung pada
         kecepatan rata-rata kendaraan yang menyiap yang dapat ditentukan dengan mempergunakan korelasi a = 2.052+0.0036V.

Jd yang digunakan adalah Jd 463,39 m

Diketahui :
V = 70 km / jam
Jarak Pandang Henti ( S ) = 87,19m
Jarak Pandang Menyiap (M) = 463,39 m
L = 85,59 m
Untuk S < L, maka :


Untuk M > L, maka :








6.   Menentukan tempat kedudukan titik – titik ( stationing )
D1 = 682,00 m
Perhitungan diagram superelevasi :
Perhitungan diagram superelevasi :
Ketentuan                :
        Ls        = 11,11 m
        en        = 8 %
        emaks  = 10 %
Perhitungan titik stationing pada tikungan P.1
sta pI1         = 0 + d1 = 0 + 682,00  m
sta Ts1         = sta PI1 – Ts
                    = 0 + 682,000 m – 70,13 m
                    = 0 + 611,87  m
Sta SC1       = sta Ts1 + Ls
                    = 0 + 611,87  m + 11,11  m
                    = 0 + 622,98 m
Sta CS1       = Sta SC1 = 0 + 622,98 m       

Sta St1         = Sta CS1 + Ls
                    = 0 + 622,98 m + 11,11 m
                    = 0 + 634,09 m.

















4.2.2        Perhitungan Tikungan P(2)

1.      Klasifikasi Medan                                : Perbukitan
2.      Type kalan                                           : Kelas III ( jalan Penghubung )
3.      Lalu Lintas Harian Rata - rata ( LHR ) : > 3000
4.      Kecepatan Rencana                             : 80 km/jam
5.      Lebar daerah penguasaan Minimum    :30 m
6.      Lebar Perkerasan                                 : 2x3.50 m
7.      Lebar Bahu Jalan                                 : 2,50m
8.      Lereng Melintang Perkerasan               : 2 %
9.      Lereng Melintang bahu                                    : 6 %
10.  Jenis Lapisan permukaan Jalan                        : Lapisan Macadam
11.  Miring Tikungan Maksimum (e)                      : 10 %
12.  Jari - jari Lengkung Minimum              : 115 m
13.  Landai maksimum                               : 7 %












Tabel 4.13.a Standard Perencanaan Geometrik  Jalan Kelas I

Tabel 4.14.a Koefisien gesekan melintang pada tikungan
V( km/jam )
40
50
60
70
80
90
100
110
120
Fmaks
0,166
0,160
0,153
0,147
0,140
0,128
0,115
0,103
0,090
Sumber : Buku Konstruksi jalan Raya ( Ir.Hamirhan Saodang MSCE.)

Rumus :

Direncanakan  geometric untuk Daerah Pegunungan Rc = 300m > Rmin = 157 m. Dengan Vr = 70 km/jam berdasarkan
(TPGJAK 1997, Tabel II.18), Rmin untuk FC = 1100 m > Rc, sehingga tikungan
jenis Full Circle tidak dapat digunakan.
Sesuai dengan syarat 40 < Δ < 900, maka untuk tikungan I (11°29’25”) direncanakan S-C-S.
7.   Perhitungan panjang lengkung spiral (Ls)
Dalam perhitungan tikungan ini dicoba dengan menggunakan jari-jari lingkaran dengan ukuran 300 m
d.   Berdasarkan waktu tempuh maksimum (3 detik), untuk melintasi lengkung peralihan, maka panjang lengkung :
e.    Berdasarkan perubahan gaya sentrifugal dan pengaruh kemiringan :
Nilai e pada perhitungan diatas digunakan nilai superelevasi maksimum(emaks)
untuk V-90 km/jam maka, C = 0,7

f.    Berdasarkan kelandaian relative maksimum

            Dimana re = Tingkat pencapaian perubahan kelandaian melintang
            jalan,
   untuk Vr ≥ 70 km/jam, re max = 0,025 m/m/det.


8.   Perhitungan bagian spiral











9.   Perhitungan lengkung circle ( Lc )
Syarat untuk lengkung S-C-S LC > 20 m
LC = 90,40 > 20 m .................... OK!!!
maka Tikungan S-C-S dapat di pake




10.              Perhitungan panjang tikungan total
L tot = LC + 2. Ls                                               <  2 Ts
L tot = 90,94 +2 x 26,66m                                  < 2 x 72,65  m
L tot = 144,26 m                                     < 145,3 m
( memenuhi syarat )

2.   Perhitungan pelebaran perkerasan pada tikungan
f)       Untuk Perencanaan jalan kelas IIIa, digunakan kendaraan rencana adalah kendaraan besar dengan ketentuan sebagai berikut :
·         Lebar kendaraan rencana (b)     : 2,6 m
·         Jarak antar gandar (P)                : 3,5 m
·         Tonjolan depan kendaraan (A) : 1,2 m
g)      Jumlah Lajur (n)                           : 2


h)      Lebar Perkerasan pada bagian lurus (Bn)       : 2 × 3,50
i)        jari-jari pada tengh lintasan (R)                      : 300 m
j)        Kecepatan Rencana                                        : 80 Km/jam
Ø       B adalah lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di tikungan pada lajur sebelah dalam
 
 

Ø       Tambahan lebar akibat kesukaran mengemudi di tikungan (Z)

Ø       Tambahan lebar perkerasan di tikungan I (Δb)
Dimana Bn adalah lebar perkerasan = 2 × 3,50 = 7,00 m
Untuk Bn = 7,00 à C = 0,78 m
Bt > Bn jadi perlu diadakan pelebaran perkerasan

11.              Perhitungan kebebasan samping pada tikungan I
           Perhitungan jarak pandang henti
 Dimana :
VR   = kecepatan rencana (km/jam)
T     = waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik
g      = percepatan gravitasi, ditetapkan 9,8 m/det2
f      = koefisien gesek memanjang perkerasan jalan aspal, ditetapkan 0,35-
            0,55.
Jh    = Jarak Pandang Henti (m)

Jadi :

Jh yang digunakan adalah Jh min yaitu 106 m

Perhitungan Jarak Pandang Menyiap

Dimana :
t1     = waktu reaksi yang besarnya tergantung pada kecepatan
   yang sesuai dengan persamaan t1 = 2.12+0.026V.
t2     = waktu dimana kendaraan yanng menyiap berada pada lajur
   kanan yang dapat ditentukan dengan mempergunakankorelasi
   t2 = 6.56+0.048V.
m     = perbedaan kecepatan antara kendaraan yang menyiap dan
   yang disiap = 15km/jam.
a      = percepatan rata-rata yang besarnya tergantung pada
         kecepatan rata-rata kendaraan yang menyiap yang dapat ditentukan dengan mempergunakan korelasi a = 2.052+0.0036V.

Jd yang digunakan adalah Jd 634,42 m

Diketahui :
V = 80 km / jam
Jarak Pandang Henti ( S ) = 106m
Jarak Pandang Menyiap (M) = 634,42 m
L = 144,26 m
Untuk S < L, maka :


Untuk M > L, maka :










3.   Menentukan tempat kedudukan titik – titik ( stationing )
D2 = 240 m
Perhitungan diagram superelevasi :
Ketentuan                :
        Ls        = 26,66 m
        en        = 7 %
        emaks  = 10 %
Perhitungan titik stationing pada tikungan P.1
sta pI2         = Sta PI1 + d2 = 0 + 682,00 m + 246.00 m = 1+982,00 m
sta TS2        = sta PI2 – Ts
                    = 1 + 982,00 m – 72,65 m
                    = 1 + 909,35  m
Sta SC2       = sta TS2 + Ls
                    = 1 + 909,35  m + 26,66 m
                    = 1 + 936,01 m
Sta CS2       = sta SC2 + Lc
                    = 1 + 936,01 m + 90,40 m
                    = 1 + 1026,41 m
Sta ST2        = sta CS2 + Ls
                    = 1 + 1026,41 m + 26,66 m
                    = 1 + 1054,07 m

















4.2.3        Perhitungan Tikungan P(3)

1.      Klasifikasi Medan                                : Perbukitan
2.      Type kalan                                           : Kelas III ( jalan Penghubung )
3.      Lalu Lintas Harian Rata - rata ( LHR ) : > 3000
4.      Kecepatan Rencana                             : 80 km/jam
5.      Lebar daerah penguasaan Minimum    :30 m
6.      Lebar Perkerasan                                 : 2x3.50 m
7.      Lebar Bahu Jalan                                 : 2,50m
8.      Lereng Melintang Perkerasan               : 2 %
9.      Lereng Melintang bahu                                    : 6 %
10.  Jenis Lapisan permukaan Jalan                        : Lapisan Macadam
11.  Miring Tikungan Maksimum (e)                      : 10 %
12.  Jari - jari Lengkung Minimum              : 115 m
13.  Landai maksimum                               : 7 %












Tabel 4.13.a Standard Perencanaan Geometrik  Jalan Kelas I

Tabel 4.14.a Koefisien gesekan melintang pada tikungan
V( km/jam )
40
50
60
70
80
90
100
110
120
Fmaks
0,166
0,160
0,153
0,147
0,140
0,128
0,115
0,103
0,090
Sumber : Buku Konstruksi jalan Raya ( Ir.Hamirhan Saodang MSCE.)

Rumus :

Direncanakan  geometric untuk Daerah Pegunungan Rc = 300m > Rmin = 157 m. Dengan Vr = 70 km/jam berdasarkan
(TPGJAK 1997, Tabel II.18), Rmin untuk FC = 1100 m > Rc, sehingga tikungan
jenis Full Circle tidak dapat digunakan.
Sesuai dengan syarat 40 < Δ < 900, maka untuk tikungan I (11°29’25”) direncanakan S-C-S.
12.              Perhitungan panjang lengkung spiral (Ls)
Dalam perhitungan tikungan ini dicoba dengan menggunakan jari-jari lingkaran dengan ukuran 300 m
g.    Berdasarkan waktu tempuh maksimum (3 detik), untuk melintasi lengkung peralihan, maka panjang lengkung :
h.   Berdasarkan perubahan gaya sentrifugal dan pengaruh kemiringan :


Nilai e pada perhitungan diatas digunakan nilai superelevasi maksimum(emaks)
untuk V-90 km/jam maka, C = 0,7

i.     Berdasarkan kelandaian relative maksimum

            Dimana re = Tingkat pencapaian perubahan kelandaian melintang
            jalan,
   untuk Vr ≥ 70 km/jam, re max = 0,025 m/m/det.


13.              Perhitungan bagian spiral


14.              Perhitungan lengkung circle ( Lc )
Syarat untuk lengkung S-C-S LC > 20 m
LC = 607,810 > 20 m .................... OK!!!
maka Tikungan S-C-S dapat di pake





15.              Perhitungan panjang tikungan total
L tot = LC + 2. Ls                                               <  2 Ts
L tot = 607,810 +2 x 26,66m                              < 2 x 546,30  m
L tot = 661,13 m                                     < 1092,6 m
( memenuhi syarat )

4.   Perhitungan pelebaran perkerasan pada tikungan
k)      Untuk Perencanaan jalan kelas IIIa, digunakan kendaraan rencana adalah kendaraan besar dengan ketentuan sebagai berikut :
·         Lebar kendaraan rencana (b)     : 2,6 m
·         Jarak antar gandar (P)                : 3,5 m
·         Tonjolan depan kendaraan (A) : 1,2 m
l)        Jumlah Lajur (n)                           : 2
m)    Lebar Perkerasan pada bagian lurus (Bn)       : 2 × 3,50
n)      jari-jari pada tengh lintasan (R)                      : 300 m
o)      Kecepatan Rencana                                        : 80 Km/jam
Ø       B adalah lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di tikungan pada lajur sebelah dalam
 
 

Ø       Tambahan lebar akibat kesukaran mengemudi di tikungan (Z)

Ø       Tambahan lebar perkerasan di tikungan I (Δb)
Dimana Bn adalah lebar perkerasan = 2 × 3,50 = 7,00 m
Untuk Bn = 7,00 à C = 0,78 m
Bt > Bn jadi perlu diadakan pelebaran perkerasan

16.              Perhitungan kebebasan samping pada tikungan I
           Perhitungan jarak pandang henti
 Dimana :
VR   = kecepatan rencana (km/jam)
T     = waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik
g      = percepatan gravitasi, ditetapkan 9,8 m/det2
f      = koefisien gesek memanjang perkerasan jalan aspal, ditetapkan 0,35-
            0,55.
Jh    = Jarak Pandang Henti (m)
Jadi :
Jh yang digunakan adalah Jh min yaitu 106 m

Perhitungan Jarak Pandang Menyiap

Dimana :
t1     = waktu reaksi yang besarnya tergantung pada kecepatan
   yang sesuai dengan persamaan t1 = 2.12+0.026V.
t2     = waktu dimana kendaraan yanng menyiap berada pada lajur
   kanan yang dapat ditentukan dengan mempergunakankorelasi
   t2 = 6.56+0.048V.
m     = perbedaan kecepatan antara kendaraan yang menyiap dan
   yang disiap = 15km/jam.
a      = percepatan rata-rata yang besarnya tergantung pada
         kecepatan rata-rata kendaraan yang menyiap yang dapat ditentukan dengan mempergunakan korelasi a = 2.052+0.0036V.
Jd yang digunakan adalah Jd 634,42 m

Diketahui :
V = 80 km / jam
Jarak Pandang Henti ( S ) = 106m
Jarak Pandang Menyiap (M) = 634,42 m
L = 144,26 m
Untuk S < L, maka :


Untuk M > L, maka :

5.   Menentukan tempat kedudukan titik – titik ( stationing )
D2 = 564 m
Perhitungan diagram superelevasi :
Ketentuan                :
        Ls        = 26,66 m
        en        = 7 %
        emaks  = 10 %
Perhitungan titik stationing pada tikungan P.1
sta pI3         = Sta PI2 + d3 = 1+389,00 m + 564.00 m = 2 + 954.00 m
sta TS3        = sta PI3 – Ts
                    = 1 + 982,00 m – m 
                    = 2 + 408,7  m
Sta SC3       = sta TS3 + Ls
                    = 2 + 408,7  +
                    = 2 + 957,00 m
Sta CS3       = sta SC3 + Lc
                    = 2 + 957,00  m + 607,810 m
                    = 2 + 1566,81 m
Sta ST3        = sta CS3 + Ls
                    = 2 + 1566,81 m + 26,66 m
                    = 2 + 1595,47 m





Tabel 4.15  Perhitungan Tikungan Horizontal
Perhitungan
PI1
PI2
PI3
R
300
300
300
Ls
11,11 m
26,66 m
26,66 m
θs
1,061
2,547
2,547
Ys
0.068
0.068 m
0.068 m
Xs
11,11
26,66 m
26,66 m
P
0,017
0,098
0,098
K
5,52
13,32
13,32
Δc
9°22’27.09”
22°22’05”
121° 13’71”
Lc
37,94 m
90,40 m
607,810  m
Es
1,02 m
5,90 m
313,35 m
Ts
70,31 m
72,65 m
546,30 m
Syarat Ltotal < 2Ts
L total
60,16 m
144,26 m
601,13 m
 2Ts
140,62 m
145,3 m 
1092,3 m
Keterangan
Memenuhi syarat
Memenuhi syarat
Memenuhi syarat














4.3.            Perhitungan Alinyement Vertikal
1.      Perhitungan PPV1
v  Menentukan kelandaiaan jalan  :
1.      Kelandaian 1 ( g1 )
Jarak patok A ke PPV1               = 1200 m
Elevasi  A                                   = 80
Elevasi  PPV1                             = 75,5

                       
                       
                       
                        %

2.      Kelandaian 2 ( g2 )
3.       Kelandaian 1 ( g1 )
Jarak patok PPV1 ke PPV2         = 1400 m
Elevasi  PPV1                             = 74,5
Elevasi  PPV2                             = 157,5

                       
                       
                       
v  Perbedaan kelandaian A
A      = g2 – g1
A      =  8,3% – 0% 
               A      = 8,3 %
                   = 8,3 %


v  Gambar sesuai data :

PPV2
A
g1 = 0%
PPV1
g2 = 8,3 %




Gambar 4.8 perbedaan kelandaian di titik PPV1


                     Sta. PPV1         = 0 + 1200 m
      Elevasi PPV1   =    + 74,5
      g1                    =    0 %
      g2                    =    8,3 %
      A                     =    3 % 
Maka didapat bentuk PPV1 adalah ”CEMBUNG”

v  Menentukan Panjang Lengkung Vertikal (Lv)
a.       Berdasarkan jarak penyinaran lampu kendaraan
Dimana S = jarak pandang menyiap = 463,39 m
untuk jarak henti (jh )
      h1 = 1,05
      h2 = 0,15
untuk jarak mendahului ( jd)
      h1 = 1,05
      h1 = 1,05
(SUMBER : TPCGA BINA MARGA 1997 )




v  Menentukan Panjang Lengkung Vertikal (Lv)
a.       Berdasarkan jarak pandang berada seluruh dalam daerah lengkung (S<L).
Jarak pandang henti : 87,19 m
S < L : 87,19   m < 158,239 m    à memenuhi syarat

b.       Berdasarkan jarak pandang berada di luar dan didalam daerah lengkung (S >L)
Jarak Pandang Menyiap : 463,39  m
 
S > L : 463,39  m < 825,39 mà tidak memenuhi syarat

c.       Berdasarkan keluwesan bentuk

d.      Berdasarkan syarat drainase

v  Menghitung panjang penyimpangan dari titik potong kedua tangen atau pusat perpotongan Vertikal (PPV) kelengkungan vertikal.
Di ambil Lv yang terpanjang = 415 m
Ev     =   
dimana :
Ev                    =    Penyimpangan dari titik PPV ke lengkungan vertikal
LV                   =    Panjang lengkung vertikal (415 m)
A                           =    Selisih Kelandaian (8,3%)





a.       Menentukan Elevasi Stationing
     Elv. PPV1’   =    Elv. PPV1 + Ev
                                                =    + 74,5 + (4,30)
                                                =    + 78,8 m
    Sta. PPV1’    =    Sta. A + 1200 m
                                                =    (0 + 000) + 1200 m
                                                =    1 + 050 m

    Elv. PLV1     =    Elv. PPV1 + (g1 . ½ Lv)
                                                =    + 74,5 + (0,0 %. ½ . 415)
                                                =    + 68 + ( 207,5)
                                                =    + 255
Sta. PLV1     =    Sta. PPV1 – ½ Lv
                                                =    ( 0 + 1200) – ½ . 415
                                                =    0 + 992,5 m
    Elv. PTV1     =    Elv. PPV1 + ( g2 . ½ Lv)
                                                =    + 78,8 + (8,3 % . ½ 415)
                                                =    + 9 6,02
    Sta. PTV1     =    Sta. PPV1 + ½ . Lv
                           =    (1 + 050) + ½ .755
                           =    1 + 209 m














2.      Perhitungan PPV2
v  Menentukan kelandaiaan jalan  :
4.      Kelandaian 3 ( g3 )
5.       Kelandaian 1 ( g1 )
Jarak patok PPV1 ke PPV2         = 1400 m
Elevasi  PPV1                             = 74,5
Elevasi  PPV2                             = 157,5

                       
                       
                       
                       

6.      Kelandaian 3 ( g3 )
Jarak patok PPV2 ke PPV3                     = 900,82  m
Duga rencana pada PPV2                       = 157,7 m
Duga rencana pada PPV3                       = 138,5 m
                       
                       

v  Perbedaan kelandaian A
A      = g3-g2
A      = 8,3 % - (-2) %
               A      = +10,3%
                   = 10,3 %





v  Gambar sesuai data :
g2 =8,3 %
g3 = -2%
PPV3
PPV2
B
Gambar 4.9 Perbedaan kelandaian di titik PPV2

                    Sta. PPV2        =   1 + 1200 m
      Elevasi PPV2   =    + 87
      g2                    =    + 157.5 %
      g3                    =    + -2  %
      A                     =    + 10,3  %    
Maka didapat bentuk PPV2 adalah ”CEKUNG”

v  Menentukan Panjang Lengkung Vertikal (Lv)
a.       Berdasarkan jarak pandang berada seluruh dalam daerah lengkung (S<L).

b.      Berdasarkan jarak penyinaran lampu kendaraan
Dimana S = jarak pandang menyiap = 109 m
Untuk (S > L)
Jd > L : 109 m < 169,31  m        à  Tidak memenuhi syarat
Untuk (S < L)
Jd < L : 109 m < m         à  memenuhi syarat

c.       Berdasarkan jarak pandang bebas dibawah bangunan

Dimana S = jarak pandang henti = 634,42  m

Untuk (S > L)
Jh > L : 634,42 < -  m    à tidak memenuhi syarat
Untuk (S < L)
Jd < L : 634,42  m < m       à memenuhi syarat

d.      Berdasarkan Bentuk Visual Lengkung Vertikal Cekung

Jadi Panjang L yang digunakan adalah 1,191 m

v  Menghitung panjang penyimpangan dari titik potong kedua tangen atau pusat perpotongan Vertikal (PPV) kelengkungan vertikal.
Ev     =   
dimana :
Ev                    =    Penyimpangan dari titik PPV ke lengkungan vertikal
LV                   =    Panjang lengkung vertikal (775 m)
A                           =    Selisih Kelandaian (10,3 %)












b.      Menentukan Elevasi Stationing
     Elv. PPV2’   =    Elv. PPV2 - Ev
                                                =    + 157.4 - (12,87)
                                                =    + 144,53 m
    Sta. PPV2’    =    Sta. PPV1 + 1400 m
                                                =    (1 + 1200) + 1400 m
                                                =    1 + 800 m
    Elv. PLV2     =    Elv. PPV2 - (g2 . ½ Lv)
                                                =    + 157 - (8,3 %. ½ . 12,87
                                                =    + 157 - ( 0,53)
                                                =    + 156,47

Sta. PLV2     =    Sta. PPV2 – ½ Lv
                                                =    ( 1 + 1400) – ½ . 12,87
                                                =    1 + 1,339 m
    Elv. PTV2     =    Elv. PPV2 - (g3 . ½ Lv)
                                                =    + 157 - (10,3 %. ½ . 12,87)           28FDA903
                                                =    + 1,339 - (0,66 )
                                                =    + 1338,4
Sta. PTV2     =    Sta. PPV2 +  ½ Lv
                                                =    ( 1 + 1400) + ½ . 376,351
                                                =    1 + 1588 m

Tabel 4.16  Perhitungan Lengkung Vertikal
Perhitungan
PPV1
PPV2
LV
415
1,191
EV
4,30
12,87
STA
 1 + 050
 1 + 1400
PLV
 0 + 992,5
 1 + 1,339
PTV
 1 + 209 
 1 + 1588